JAKARTA | Fokuslensa.com – Di tengah tantangan global yang semakin berat, terutama dengan kebijakan tarif perdagangan dari Pemerintah Amerika Serikat, Indonesia tetap memiliki peluang besar untuk memperkuat perekonomiannya.
Menurut DR. Anto Suroto, SH, SE, MM, Ketua Umum Aliansi Perdagangan dan Industri Kreatif Indonesia (APIKI), dan juga sebagai Dewan Pembina MIO INDONESIA, dia pun menyebut bahwa hilirisasi industri menjadi kunci utama untuk memanfaatkan peluang atas kebijakan tarif perdagangan dari Pemerintah Amerika Serikat tersebut
Dalam sebuah pertemuan yang berlangsung di Gedung ARKARA, Taman Solo, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Anto Suroto menegaskan bahwa meskipun Indonesia berhasil mencatatkan surplus perdagangan dengan Amerika Serikat, sebagian besar ekspor Indonesia masih berupa bahan mentah seperti CPO, batu bara, dan nikel.
Hal ini, menurutnya, menjadi tantangan besar yang harus dijawab dengan percepatan hilirisasi industri dalam negeri.
“Tekanan global ini harus dimanfaatkan sebagai momentum. Protes dari negara-negara Eropa terhadap ekspor bahan mentah justru bisa menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk mempercepat hilirisasi. Inilah saatnya bagi kita untuk mengubah kebijakan menjadi pendorong kekuatan ekonomi nasional,” ungkap Anto Suroto.
Anto Suroto, yang juga menjabat CEO di Portal Web SCANO TV, menambahkan bahwa kebijakan hilirisasi yang telah digagas oleh Presiden Joko Widodo dan akan dilanjutkan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto, merupakan langkah strategis untuk menciptakan ekonomi yang lebih mandiri dan berdaya saing.
“Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang sangat melimpah, seperti nikel, batu bara, emas, dan minyak sawit. Melalui hilirisasi, Indonesia dapat menjadi magnet bagi investor global, serta membuka lapangan pekerjaan baru, baik untuk tenaga terampil maupun umum. Ini adalah langkah krusial untuk memperkuat perekonomian kita,” pungkasnya.
Pertemuan yang dihadiri oleh jajaran pengurus MIO Pusat dan APIKI ini menjadi refleksi betapa Indonesia memiliki potensi besar untuk bangkit dan memperkuat sektor industrinya, meskipun dihadapkan pada situasi perang tarif dan tekanan ekonomi global.
( Tedi )