Purwakarta | Fokuslensa.com – Bagi Purwakarta, aktivitas Wisata Kuliner ( Wiskul ) / Car Free Night telah bertransformasi dari sekedar ajang untuk menjajakan kuliner menjadi Maskot Kepariwisataan dan Indikator Pertumbuhan UMKM.
Kegiatan yang rutin dilaksanakan mingguan di pusat kota Purwakarta ini keberadaannya mampu menjadi Penyelamat Citra Kepariwisaataan manakala pengunjung dari luar dan dalam kota ber-ekspektasi dapat menonton pertunjukan Air Mancur Sri Baduga sebagai destinasi primadona, namun beberapa tahun ke belakang ini jarang diaktifkan.
Walhasil keberadaan Wiskul dapat menjadi pengalih perhatian pengunjung dan perputaran ekonomi pun cukup signifikan membantu para pelaku umkm lokal. Kegiatan kepariwisataan pun tetap berlangsung di setiap pekannya.
Seperti pada umumnya yang terjadi di kota kota yang berproses menuju kemajuan, dinamika senantiasa terjadi.
Pengelolaan wiskul yang sebelumnya dikendalikan oleh Paguyuban Pedagang Wisata Tjeplak Kuliner kini dikelola oleh Koperasi Kodim 0619/Purwakarta.
Tentu ada yang terdampak dari perubahan ini, selain pergantian kepemimpinan pengelolaan, pihak karang taruna setempat yang semula mendapat alokasi cukup untuk kebutuhan sosial mereka dalam membantu warga di lingkungan tempat tinggalnya, seperti santunan yatim piatu dan program kemasyarakatan lainnya, kini berpotensi mengalami perubahan , belum lagi komunitas hobby yang biasanya selama bertahun tahun turut menyemarakan wiskul, kini berpotensi harus beralih tempat.
Koordinator BELA PURWAKARTA, Aa Komara, menerangkan, pihak pihak yang terdampak notabene adalah mitra Bela Purwakarta dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, yaitu Karang Taruna Dalima Nagri Tengah, Komunitas Animal Lovers, dan Paguyuban Pedagang Wisata Tjeplak Kuliner, maka Kami mengusulkan kepada Komisi 2 DPRD Kabupaten Purwakarta untuk mengundang seluruh lintas otoritas terkait untuk memediasi, memberikan kesempatan kepada para pihak yang terdampak untuk menyuarakan aspirasinya serta memperjelas legalitas kepengelolaan wiskul tersebut.
Kami pun bergerak dengan berpedoman terhadap slogan terbaru Kabupaten Purwakarta, yaitu Purwakarta CANTIK, yang terdiri dari : Cerdas, Akuntabel, Nyantri, Transparan, Inovatif, Kredibel.
Dalam konteks ini, Kami berharap :
1. warga Purwakarta ter-CERDAS kan dengan memahami informasi tentang legalitas kepengelolaan wiskul.
Penduduk Purwakarta sudah mencapai 1 juta, untuk itu sebagai upaya edukasi dan sosialisasi, mereka harus cerdas dalam artian mendapat informasi yang tepat.
2. Pemerintah Kabupaten beserta jajarannya harus AKUNTABEL artinya dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya termasuk dalam membuat regulasi serta S.O.P keberadaan wiskul ini yang sudah membantu Citra Kepariwisataan dan menjadi referensi Indikator perkembangan UMKM Purwakarta
3. NYANTRI, adalah semangat membangun Purwakarta berlandaskan nilai nilai relijiusitas, dengan adanya mediasi ini merupakan upaya untuk berTABAYYUN ( yang bersumber dari ajaran agama ) agar semua persoalan dapat terklarifikasi, terkonfirmasi, termusyawarahkan agar melahirkan kesepakatan dan keputusan yang berkah bagi semua pihak. Tanpa ada yang merasa ter-dzolimi / dirugikan.
4. TRANSPARAN, warga Purwakarta berhak mendapatkan informasi yang akurat, tidak simpang siur yang dapat menjurus ke hoax atau fitnah, untuk itu semua pihak terutama para penyelanggara negara harus mengedukasi terkait status wiskul ini secara terang benderang.
5. INOVATIF. Hemat kami, Era Reformasi yang telah membuahkan Otonomi Daerah/ Otda, di mana Otda mendorong masyarakat di daerah untuk menjadi kreatif dan inovatif agar daerah dapat berkembang maju dalam segala hal.
Keberadaan Wiskul ini tentunya merupakan bentuk Inovasi Daerah dalam memfasilitasi para pelaku UMKM untuk meng-eksplore kreativitasnya di bidang kuliner, serta memberi ruang bagi lingkungan masyarakat di sekitarnya turut berperan serta aktif dalam pengelolaan.
Artinya dari aktivitas wiskul ini, lingkungan setempat terberdayakan, para pemudanya menjadi produktif dan tersalurkan ke hal hal positif. Misal, dengan adanya keterlibatan Karang Taruna lokal merupakan solusi agar pemuda setempat tidak lari ke kriminalitas, narkoba, perkumpulan gangster serta pengaruh negatif lainnya.
Dengan terberdayakan, justru para pemuda ini mampu berkontibusi kepada lingkungannya secara rutin melaksanakan bhakti sosial, misal santunan yatim piatu dan kegiatan sosial lainnya.
Dengan demikian aktivitas Wiskul ini memberikan keberkahan bagi semua.
6. KREDIBEL. kredibilitas para penyelenggara negara di Purwakarta, baik eksekuif dan legislatif tentunya harus mampu menyelesaikan dinamika ini sesuai tugas fungsi nya secara kredibel.
Dengan demikian Kepercayaan Publik tetap terjaga terhadap lembaga pemerintahan dan dinamika seperti ini bisa diatasi dengan baik sesuai ketentuan yang berlaku dengan tetap memperhatikan kearifan lokal / *local wisdom*.
Apabila penjabaran dari CANTIK ini tidak sesuai dengan implementasi / fakta di lapangan, tentunya slogan ini harus dievaluasi.
Audiensi ini difasilitasi oleh Komisi 2 DPRD yang terdiri dari : Alaikassalam dan Agus Sugianto
Turut Hadir para kepala / perwakilan OPD diantaranya dari : Polres Purwakarta, Dinas Perhubungan, Dinas Koperasi Usaha Perdagangan dan Perindustrian / DKUPP ( *leading sector* yang menaungi UMKM ) Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, Dinas Kepemudaan Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan, Badan Penyelamatan dan Bencana Daerah, Satpol PP, serta sejumlah instansi terkait lainnya.
Sementara mewakili Kodim 0619/ Purwakarta, turut hadir Ketua Koperasi Kodim 0619/ Purwakarta, Kapten Arm Wahyu Widodo.
Dari Unsur masyarakat, turut hadir, Komite Ekonomi Kreatif dan Inovasi Kab. Purwakarta, Karang Taruna Kab. Purwakarta, serta para pelaku UMKM Purwakarta.
Pada akhir audiensi, Kepala Dinas Perhubungan, Iwan Soeroso Sudiro menegaskan bahwa izin operasional terkait kegiatan UMKM tetap direkomendasi oleh DKUPP, serta DISHUB sebagai pemberi rekomendasi Andalalin ( Analisis Dampak Lalu Lintas ). Untuk saat ini Koperasi Kodim sementara berfungsi sebagai operator pengelolaan Wiskul.
Alaikassalam turut menegaskan bahwa pengelolaan Wiskul secara legal formal menunggu di terbitkannya S.K. oleh Pj. Bupati Purwakarta, Benni Irwan.
Sementara, Agus Sugianto menyarankan agar pihak Koperasi Kodim melibatkan Karang Taruna Kabupaten, sebagai induk organisasi karang taruna, senada dengan yang diusulkan oleh Ketua Karang Taruna Kab. Purwakarta, John Kamal.
Selanjutnya Agus Sugianto merekomendasikan agar ke depan Pemkab Purwakarta mulai mendirikan BUMD di bidang kepariwisataan, agar aktivitas perekonomian seperti Wiskul ini terukur kontribusi nya bagi Penghasilan Asli Daerah ( PAD ).
Sementara, Kapten Wahyu Widodo menegaskan pihaknya selalu terbuka untuk komunikasi dengan semua pihak agar kepengelolaan wiskul ini semakin berkualitas.
Founder BELA PURWAKARTA, Aa Komara Cakradiparta menilai dinamika ini adalah fase menuju perbaikan, artinya kota ini bergerak maju bukan diam di tempat.
Hasil dari audiensi ini menyimpulkan untuk sementara waktu kepengelolaan wiskul oleh pihak koperasi Kodim 0619/ Purwakarta.
Komara menerangkan, Ini pelajaran bagi masyarakat ( civil society ) yang akan bertindak sebagai pengelola, perizinan tertulis harus ditempuh serta kordinasi dengan berbagai pihak terkait, karena aktivitas wiskul ini menggunakan sarana jalan yang diperuntukan untuk kepentingan umum serta harus mempertimbangkan efek domino lainnya.
Kami apresiasi langkah koperasi kodim yang tertib mengurusi perizinan mulai dari Andalalin hingga izin keramaian yang diterbitkan Polres Purwakarta, serta merespon positif bahwa kepengelolaan sekarang dapat mengalokasikan pendapatan bagi kas daerah.
Komara melanjutkan, ini lah hikmahnya untuk menjadi edukasi bagi masyarakat sipil khususnya, ketika akan menciptakan zona wiskul semua tahapan regulasi harus ditempuh, semua aspek harus dikaji, apalagi zona yang digunakan adalah fasilitas jalan umum.
Prinsipnya bagi Kami, Bela Purwakarta, mendukung penuh siapa pun pengelolanya selama UMKM/ pedagang yang berjualan adalah warga yang ber-KTP Purwakarta.
Wiskul ini harus jadi ruang bagi masyarakat lokal yang belum mendapat kesempatan kerja dan usaha.
Data terakhir yang dirilis Disnakertrans Kab. Purwakarta pada momentum kegiatan Job Fair pada bulan Mei lalu, terdapat 38.979 pencari kerja, sementara yang terserap hanya 3.738 warga.
Artinya masih ada sekitar lebih dari 35.000 warga Purwakarta yang perlu solusi pekerjaan maupun usaha.
Itu yang terdata oleh Disnakertrans, selebihnya warga pencari kerja yang belum terdata tersebar di setiap wilayah di 17 kecamatan, silahkan kroscek dan sisir ke setiap lingkungan RT di seluruh Purwakarta.
Artinya mari sikapi problem ketenagakerjaan ini dengan serius dan sistematis.
Setidaknya dengan keberadaan Wiskul ini akan mengurangi angka pengangguran tersebut.
Kami sangat berterimakasih kepada pengelola wiskul yang dapat menjadikan hal ini sebagai pedoman, yaitu memprioritaskan penduduk pribumi / KTP Purwakarta.
Menyoroti fenomena umum di dunia ketenagakerjaan, Kami mengecam keras kepada pihak mana pun, terhadap setiap praktek perekrutan ketenagakerjaan di berbagai sektor yang tidak memprioritaskan KTP lokal.
Kita selama ini sudah sering “kecolongan” dan terlalu “permisif” membiarkan warga pribumi tersingkir dari kuota lapangan kerja terutama di sektor industri.
Belum lagi keberadaan oknum oknum ketenagakerjaan yang mendahulukan keuntungan pribadi ketimbang kepentingan yang lebih luas dan berjangka panjang.
Jika faktor kompetensi warga lokal dianggap tidak sesuai kebutuhan industri atau dunia ketenagakerjaan, maka tugas pemerintah maupun pihak swasta yang peduli Purwakarta untuk memperbanyak kuota pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas atau skill warga pribumi.
Kami tegaskan kepada pihak mana pun, jangan menjadi pengkhianat dan berlaku dzolim, manakala ada tetangga di kanan kiri Kita, saudara sekampung halaman di wilayah Kab. Purwakarta dan ber KTP Purwakarta yang masih butuh penghidupan tetapi tidak diprioritaskan mendapat kesempatan bekerja atau berwirausaha, sebaliknya justru lebih memprioritaskan penduduk di luar Purwakarta.
Menurut Kami ini adalah bentuk kelaliman.
Keadilan yang proporsional adalah dahulukan dan pastikan warga ber KTP lokal terserap habis mengisi pos pos lapangan kerja maupun wirausaha / UMKM.
Setelah terserap semua, jika masih ada sisa kuota barulah merekrut tenaga kerja dari luar Purwakarta.
Kita memang dalam satu keluarga besar Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Sabang sampai Merauke, Kita Cinta NKRI, namun harus berkeadilan dan mendahulukan kearifan lokal / *Local Wisdom*.
Jangan sampai warga suatu daerah di NKRI tidak bisa hidup di daerahnya sendiri.
Pepatah ” Di Mana Bumi di Pijak di sana Langit Di Junjung ” adalah sangat relevan dalam menciptakan situasi kemasyarakatan yang harmoni.
Untuk itu, *Leading Sector* yang terkait, baik Disnakertrans maupun DKUPP dan masyarakat Purwakarta pada umumnya, sebaiknya intensifkan monitoring dan pastikan para pengisi wiskul ini adalah UMKM lokal atau para pedagang ber-KTP Purwakarta.
Kami harap ini menjadi atensi Pj. Bupati Purwakarta, Bapak Benny Irwan. Sebagaimana yang beliau sampaikan pada pidatonya dalam momentum pisah sambut bupati Purwakarta, bahwa meski penugasan dirinya untuk satu tahun ke depan, tapi memungkinkan untuk ditarik kembali oleh Mendagri, jika kinerja nya dalam beberapa bulan tidak sesuai harapan.
Dalam kesempatan ini, Kami sampaikan selamat datang dan selamat bekerja, Kami mendukung penuh kinerja Pj. Bupati Purwakarta dan siap bersinergi selama berorientasi Pro Rakyat.
Terkait pengisi Wiskul ini sebaiknya disosialisasikan untuk memberi kesempatan kepada para pelaku UMKM di 17 kecamatan atau di 183 desa dan 9 kelurahan di Purwakarta.
Kegiatan Wiskul ini dapat menjadi ajang untuk mempromosikan dan memasarkan produk pedesaan yang berbasis kuliner, baik yang dibina melalui BUMDES mau pun program *One Village One Product*, *One Pesantren One Product* dan program pembinaan UMKM lainnya.
Dengan demikian pengisi Wiskul merupakan miniatur / wajah dari identitas orisinal UMKM Purwakarta secara keseluruhan.
Kami sekali lagi mendukung pengelola wiskul, berapa pun jumlahnya, ratusan atau ribuan pedagang yang penting ber-KTP Purwakarta.
Dengan demikian keberadaan Wiskul dapat membantu menurunkan angka pengangguran yang masih tinggi tersebut.
Hal teknis lainnya yang patut terakomodasi, karena aktivitas wiskul ini mempergunakan jalan umum, maka aksesibilitas untuk kepentingan lalu lalang unit pemadam kebakaran dan penyelamatan, ambulan, serta mobilisasi kedaruratan lainnya harus tetap terkendali, agar kepentingan warga yang bermukim di sepanjang jalur ini tetap terlayani. Aktivitas Wiskul lancar, Pelayanan Publik pun terpenuhi.
Selanjutnya Aa Komara menyampaikan optimismenya, bahwa keberadaan wiskul ini akan menjadi kebanggaan Purwakarta di masa depan.
Ia menjelaskan aktivitas Wiskul ini dapat menjadi ruang bagi umkm lokal untuk *Go Public*.
Latar belakang pengunjung dari berbagai kota, bahkan tidak sedikit yang datang dari luar negeri, memungkinkan produk UMKM kita terpromosikan dan akhirnya bisa melahirkan kerjasama perniagaan antar kota dan antar negara.
Dari pengunjung itu tentunya ada yang berpotensi sebagai Investor, Trader, Reseller bahkan Mitra Waralaba.
Selama ini Kita dibanjiri sejumlah Franchise dari luar, tetapi tidak dipermasalahkan selama mereka membuka cabang usaha di Purwakarta dengan tetap merekrut tenaga kerja dari lokal / warga pribumi.
Sebaliknya Kami berharap Purwakarta dapat menjadi sentra produk Franchise, di mana produk produk UMKM kita dapat ter-waralabakan baik di nusantara maupun luar.
Dengan meningkatnya *demand* / permintaan dan *repeat order* dari konsumen / mitra waralaba maka tentunya akan membutuhkan banyak tenaga produksi.
Sehingga dari satu UMKM lokal Purwakarta akan menyerap banyak lapangan kerja.
Ini tentunya sangat membantu pemerintah daerah dalam menekan angka pengangguran, di sisi lain dengan tersebarnya mitra waralaba ( Franchisee ) dari setiap produk umkm Purwakarta di berbagai kota, dengan sendirinya telah membantu perekonomian nasional.
Di mana setiap UMKM Purwakarta yang mewaralabakan produknya ( sebagai franchisor ) menjadi solusi bagi problematika ketenagakerjaan nasional.
Dengan demikian UMKM Kita tidak hanya menciptakan lapangan kerja di internal Purwakarta tapi juga di se antero nusantara. Bukankah ini suatu kebanggaan tersendiri atau prestasi bagi Purwakarta.
Untuk mencapai itu, pada setiap momentum dijajakannya produk UMKM dalam gelaran wiskul, harus menjadi ajang bagi UMKM lokal untuk meningkatkan mutu dan kemasan produknya, agar potensi pemasaran dan kemitraan semakin terbuka luas.
Ketika dikonfirmasi apa yang menjadi latar belakang dirinya menyuarakan pentingnya memperjuangkan isu lokal, Aa Komara yang merupakan eksponen Presidium GM-PDP / Generasi Muda Putra Daerah Purwakarta yang berdiri pada tahun 2002 dan binaan dari Mayjen TNI ( Purn.) Dede Hatta Permana, pendiri Bamus PDP / Badan Musyawarah Putra Daerah Purwakarta sebagai induk dari GM-PDP, menuturkan bahwa yang dilakukannya merupakan amanat sejarah dari Mayjen Dede Hatta Permana, sesepuh Purwakarta, yang merupakan rekan satu angkatan Presiden RI ke 6,
Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A.
Beliau sering mengamanati dan menitipkan pesan bahwa orang Purwakarta harus maju berkembang dan bisa hidup di kampung halamannya sendiri serta tetap mencintai NKRI.
Kebetulan Kami pun dari keluarga TNI, sehingga mengkhidmati pesan tersebut sebagai hal yang fundamental.
Sebagai putra TNI yang lahir dan tumbuh besar di Purwakarta, prioritas Kami adalah menjaga Ketahanan Sandang Pangan Papan Masyarakat Purwakarta, untuk itu warga Purwakarta wajib sejahtera dan berdaya di kota nya sendiri.
Di sisi lain, Kami berupaya membangun *Nation and Character Building*, yaitu tumbuhnya karakteristik generasi yang bangga terhadap jati diri kotanya, sejarah kotanya, produk kotanya, budaya kotanya serta kearifan lokal lainnya.
Orang Purwakarta itu banyak yang menduduki posisi penting di pusat, baik dari unsur TNI, Polri, maupun Sipil dan Swasta.
Beberapa yang sudah purna bhakti namun masih memiliki jaringan yang kuat, di antaranya seperti Komisaris Jenderal Polisi ( Purn ) Nanan Soekarna, mantan Wakapolri, kemudian Mayjen TNI ( Purn ) Dwi Jati Utomo, mantan Kasdam III Siliwangi, dan banyak lagi.
Karakter para senior Kami ini meski tidak memperlihatkan eksistensi nya di Purwakarta, namun mereka tetap *aware* / peduli dan memantau perkembangan Purwakarta.
Karakter orang Purwakarta itu seperti pendiam / individual padahal kalau harga dirinya terusik persatuannya sangat kuat.
Dari segi kesejarahan, Purwakarta dari dahulu memiliki sejumlah figur berskala nasional.
Satu di antaranya adalah Prof. Dr. Mr. Kusumah Atmaja yang merupakan Ketua Mahkamah Agung Pertama Republik Indonesia.
Beliau dilantik oleh Presiden Soekarno pada 19 Agustus 1945.
Di Purwakarta namanya diabadikan menjadi nama jalan di sekitaran komplek Pemkab Purwakarta.
Prof. Dr. Mr. Kusumah Atmaja dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 124 tahun 1965 atas dedikasinya di masa perjuangan kemerdekaan dimana beliau turut berperan sebagai anggota BPUPKI ( Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ) serta atas jasanya sebagai pelopor konsepsi Hukum Nasional di Republik ini
Ke depan, Kami berencana menghidupkan kembali Badan Musyawarah Putera Daerah Purwakarta / BAMUS PDP dengan versi kekinian serta platform yang lebih sempurna.
Kami berencana menghimpun kembali para tokoh Purwakarta yang tersebar di seantero nusantara serta mancanegara.
Kami mendapat banyak aspirasi supaya Bamus PDP kembali di aktivasi kembali, agar ada Rumah bagi warga pribumi Purwakarta untuk menyampaikan keluh kesahnya, dan memastikan warga lokal atau pribumi tidak menjadi penonton, atau tamu di kampungnya sendiri, agar setiap anak di seluruh pelosok 17 Kecamatan berbangga diri menjadi “Urang Purwakarta” namun tetap berjiwa nasionalis dan mencintai NKRI.
Dengan mengoptimalkan jaringan warga Purwakarta baik di dalam maupun luar negeri, maka kesempatan untuk mempromosikan produk Purwakarta maupun menyalurkan bakat generasi Purwakarta yang bertalenta dan berprestasi di segala bidang semakin terbuka.
Generasi Purwakarta harus jadi tuan rumah yang tangguh di kotanya sendiri namun juga harus menjadi “Macan” di pergaulan nasional dan internasional.
Dalam konteks kebangsaan, Komara menambahkan agar semua pihak *On The Track*, tetap berada pada konsepsi alur perjalanan bangsa, fokus pada tujuan bernegara dan cita cita bersama bangsa ini.
Jadi jangan di belok belok Sejarah nya, bangsa ini sudah melewati dinamika pada masa orde lama, orde baru, lalu orde reformasi.
Reformasi melahirkan Otonomi Daerah / Otda. Otda bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah di mana partisipasi publik / *civil society* berperan sebagai salah satu penentu pembangunan.
Otda bukan bertujuan untuk melahirkan Raja Raja Kecil di daerah.
Semangat dari Otda itu adalah daerah yang dapat memberdayakan dirinya agar tidak menjadi daerah tertinggal.
Untuk itu pada konsepsi Otda butuh masyarakat yang kreatif, inovatif, dan berdaya.
Hari ini Kita masih berada di masa orde reformasi tersebut, jangan berjalan mundur lagi ke belakang.
Kondisi bangsa di masa lalu yang serba terpusat / sentralistik sekarang sudah desentralisasi, kehidupan berdemokrasi menjadi lebih baik, kebebasan berpendapat, kebebasan Pers, semua itu merupakan Buah dari Reformasi yang tak bisa terbantahkan.
Mari hormati perjuangan para Martir Reformasi yang berguguran di tahun 1998. Mereka telah meregang nyawa, dan Kita telah menikmati Buah Perjuangan mereka hari ini.
Mari menjadi Bangsa yang tidak melupakan Sejarah dan terus bergerak menjadi lebih baik ke depan, pungkas Komara.
( Red/Ronal )