Purwakarta | Fokuslensa.com – Beberapa waktu lalu sejumlah kelompok masyarakat yang dikoordinatori BELA PURWAKARTA, sebuah wadah silaturahmi lintas elemen melaksanakan kegiatan Touring Bersejarah yang bertema EKSPEDISI PURWACARITA #3 ke kabupaten Sumedang. Diketahui sebelumnya, Bela Purwakarta sempat melaksanakan Ekspedisi penelusuran Sejarah ke Kotamadya Bogor dan ke Kecamatan Wanayasa Kab. Purwakarta pada tahun lalu.
Aa Komara Cakradiparta, Founder Bela Purwakarta menuturkan : ” kegiatan ini merupakan inisiasi dari Komunitas Asep Asep / K.A.A. Kab. Purwakarta yang mengajak serta lintas komunitas dan organisasi lainnya untuk turut berkolaborasi, dan Bela Purwakarta selaku pihak yang selama ini menjadi wadah silaturahmi tentu berkewajiban membantu mengkordinasikan kepada lintas elemen tersebut termasuk dalam persiapan keberangkatannya. Alhamdulillah turut serta dalam kolaborasi ini beberapa komunitas dan organisasi diantaranya : Perhimpunan Mahasiswa Purwakarta / PERMATA cabang Bandung, Satgas Persatuan Guru Republik Indonesia / PGRI Kab. Purwakarta, Komunitas BROTHER MAX Purwakarta, Paguron Silat LUGAY KANCANA, Komunitas Drone Purwakarta Istimewa / KDPI, IMI Kab. Purwakarta, TKSCI Sahate, serta sejumlah komunitas lainnya.
Kami menghaturkan Terima Kasih atas partisipasi rekan rekan lintas komunitas / organisasi serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya giat Ekspedisi Purwacarita #3 ini. Kegiatan Kolaboratif seperti ini senantiasa Kami dukung apalagi kegiatan bermuatan sejarah ini ada kaitannya dengan para Pendiri Purwakarta, karena riwayat historis antar kota di wilayah Jawa Barat selalu ada keterkaitan satu sama lain dan terdapat kaitan erat pula dengan sejarah kerajaan Sunda di masa lalu.”
Sementara Ketua DPD K.A.A. Kab. Purwakarta, Asep Sopyan, S.E. menyampaikan apresiasi yang sama kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan Touring Bersejarah ini, serta menegaskan komitmennya dalam upaya merawat semangat kebersamaan dan memperkokoh silaturahmi, K.A.A akan senantiasa siap turut serta berkolaborasi dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh komunitas / organisasi lain di Purwakarta. Kami diamanati oleh slogan K.A.A. yaitu : ” Ti Asep, Ku Asep keur Balarea “, yang mana Komunitas Asep Asep sejak awal didirikan memang bertujuan agar bermanfaat tidak hanya untuk internal Komunitas Asep tetapi juga untuk masyarakat luas. Seluruh kepengurusan K.A.A. di wilayah mana pun telah diamanati harus mampu menjalin silaturahmi seluas luasnya. Untuk itu kegiatan yang bersifat kolaborasi menjadi sesuatu yang wajib bagi Kami.”
Titik tolak keberangkatan Touring Bersejarah ini bertempat di Situs Bersejarah yaitu Gedong Karesidenan, dilepas oleh perwakilan Pemerintah Kabupaten Purwakarta, yaitu Kepala Bakesbangpol, Yus Djunaedi Rusli, S.STP, M.Si. serta turut hadir dan melepas, perwakilan dari Disporaparbud Kab. Purwakarta, yaitu Kabid. Kepemudaan, Ahmad Arif Imamulhaq, S.Fil.
Kegiatan bernuansa otomotif ini pun turut dihadiri serta diapresiasi oleh Direktur Pembinaan dan Keanggotaan Ikatan Motor Indonesia / IMI Pusat, Teddy Kurniawan, S.E. yang datang beserta rombongan Klub Motor Besar didampingi oleh Ketua IMI Purwakarta, Zefnal Lambert Lilipaly bersama jajaran kepengurusannya.
Teddy Kurniawan turut menyampaikan informasi program program kebijakan IMI Pusat kepada peserta Touring.
Sesampainya di Kabupaten Sumedang, peserta Touring bergabung dengan peserta peziarah dari Komunitas Asep Asep se-Jawa Barat dan menyempatkan berziarah ke makam Pangeran Kornel, Bupati Sumedang yang memerintah dari tahun 1791 M – 1828 M, yang memiliki nama asli Raden Asep Djamu dan bergelar Dalem Adipati Soerianagara III atau Pangeran Soeria Koesoemahdinata IX.
Namanya dikaitkan dengan sebuah jalan yaitu Cadas Pangeran yang cukup populer dan legendaris di wilayah Sumedang, di mana di titik lokasi jalan tersebut terdapat Monumen Patung Pangeran Kornel yang bersalaman dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke- 36, Herman Willem Daendels ( memerintah dari tahun 1808 M – 1811 M ), dengan menggunakan tangan kiri sementara tangan kanannya bersiaga memegang keris Naga Sasra yang terselip di pinggangnya.
Aksi patriotik Pangeran Kornel ini merupakan bentuk Protes / Perlawanan terhadap kebijakan Daendels atas diterapkannya sistem kerja paksa ( rodi ) pada proyek pembangunan Jalan Raya Pos yang menyambungkan ujung barat ( Anyer ) dan ujung timur ( Panarukan ). Proyek ambisius Daendels tersebut menimbulkan banyak ribuan korban meninggal, termasuk dari rakyat Sumedang. Perjalanan selanjutnya diteruskan berziarah ke makam Pendiri K.A.A, yaitu Kang Asep Tutuy.
Sesampainya di Keraton Sumedang Larang, rombongan Ekspedisi Purwacarita#3 dan K.A.A. se-Jawa Barat disambut hangat oleh Raja Anom Keraton Sumedang Larang, Raden Luky Djohari Soemawilaga dan sang Patih, Raden Lily Djamhur Soemawilaga.
Keraton Sumedang Larang sendiri merupakan Situs Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sumedang Larang. Keberadaan keraton ini terlegitimasi dalam sebuah regulasi dari Pemkab Sumedang yang telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2020 tentang Sumedang Puseur Budaya Sunda.
Penetapan PERDA ini merujuk pada fakta sejarah dan didukung oleh keberadaan sejumlah pusaka peninggalan Kerajaan Sunda Padjadjaran yang diwariskan kepada Kerajaan Sumedang Laras sebagai penerus eksitensi kerajaan Sunda di seluruh tatar pasundan.
Pusaka tersebut dihibahkan di masa akhir kejayaan kerajaan Sunda Padjadjaran pada masa kepemimpinan Prabu Seda Suryakencana yang berpusat di Pakuan. ( sekarang kota Bogor )
Salah satu pusaka tersebut adalah Mahkota Binokasih Sang Hyang Pake yang merupakan Simbol Legitimasi Kekuasaan Sunda Tertinggi yang telah digunakan oleh raja raja Sunda terdahulu termasuk Prabu Siliwangi. Dengan menggunakan mahkota ini pula, pemimpin Sumedang Larang pada saat itu, Prabu Geusan Ulun, dinobatkan sebagai Raja yang berkuasa atas seluruh daerah bekas wilayah kekuasaan kerajaan Sunda Padjadjaran ( luasnya hampir meliputi Provinsi Jawa Barat sekarang ) terkecuali wilayah wilayah di bawah kekuasaan kesultanan Banten dan kesultanan Cirebon.
Penobatan Prabu Geusan Ulun sebagai Penguasa Baru Tatar Pasundan tersebut terjadi pada tanggal 22 April 1578, yang kemudian secara resmi menjadi dasar peringatan / titi mangsa Hari Jadi Kabupaten Sumedang.
Dalam kesempatan silaturahmi tersebut, Raja Anom Sumedang Larang memberikan wejangan mengenai nilai nilai luhur kesundaan yang tercermin dari penamaan pusaka Mahkota Binokasih Sanghyang Pake yang kini masih terawat baik dan tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun yang berada di dalam kawasan keraton Sumedang Larang.
Raja Anom, Raden Luki menerangkan makna nama Mahkota tersebut yaitu Binokasih yang bermakna membina segala sendi kehidupan berdasarkan sikap welas asih dan penuh kebijaksanaan. Sementara, Sang Hyang Pake bermakna sifat welas asih melingkupi sikap silih asah, silih asih, silih asuh tersebut harus menjadi pedoman dan prioritas utama serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari. Pemaknaan dari Mahkota tersebut merupakan Ruh dan Kehormatan bagi Urang Sunda agar keberadaan Urang Sunda di mana pun menjadi Berkah bagi Semesta Raya.
Aa Komara Cakradiparta menambahkan : ” Alhamdulillah Tim Ekspedisi Purwacarita #3 diberikan kesempatan khusus berdialog dengan Raja Anom Keraton Sumedang Larang, banyak wejangan yang disampaikan beliau. Kami pun menyampaikan salam dari keluarga besar pendiri Purwakarta, Dalem Sholawat, yang masih memiliki jalur kekerabatan dengan Keraton Sumedang Larang. Semoga hubungan silaturahmi Purwakarta – Sumedang semakin terjalin erat di masa depan.” pungkas Komara.
( Tedi )