Lebak – Media Fokuslensa.com – Sungguh miris jika melihat kehidupan keluarga Ripai (45) dan isterinya Ucu (40), warga Rancapanjng Desa sangiang Tanjung kecamatan kalanganyar Kabupaten Lebak, yang selama ini tinggal di rumah sangat tidak layak huni ini. Bahkan tembok rumah yang terbuat dari bilik dan bambu keberadaannya kini sudah miring dan nyaris ambruk.
Dan mirisnya lagi, sudah Tujuh tahun pasangan suami istri yang bekerja sebagai buruh serabutan ini, mengaku tidak tersentuh bantuan pemerintah.
“Kerja juga kalau ada yang nyuruh ke ladang aja kang, kalau nggak ada yang nyuruh mah seadanya aja yang sanggup dikerjain. Sudah lama gak ada, bantuan terakhir itu waktu di kasih uang BLT (Bantuan Langsung Tunai) itu, tahun 2018-an lah,” ungkap Ripai , kepada Awak media Fokus Lensa. Senin tanggal 16/9/2024
Kondisi rumah Ripai yang masih beralaskan Bambu dan tanpa sekat, untuk tempat tidur pun harus diberi alas tikar dari spanduk-spanduk bekas yang digelar untuk menghindari menempelnya bilik ke tubuh dan pakaian.
“Kalau hujan turun yang sedih mah pak, sudah atapnya bocor, air dari luar suka masuk ke dalam. Ngerinya tiang jadi pada ‘doyong’ gitu, takutnya roboh doang,” ujar Ripai.
Pak Ripai dan istrinya tinggal di rumah yang berlantai Bambu dan dinding kayu, saat
Kedatangan wartawan kecamatan cimarga disambut tangis gembira Pak Ripai dan Ibu Ucu.
Ketua persatuam wartawan dan Lsm (PWDL)kecamatan Cimarga saepul, mengaku merasa prihatin melihat masih ada kondisi rumah warga di kampung Rancapanjang yang demikian. Pihaknya juga menyesalkan pihak Desa setempat yang terkesan tutup mata untuk melihat realitas yang ada di lingkungan.
“Saya gak tega melihatnya ini ironis, di kampung Rancapanjang anggaran hampir Rp1,5 meliar , tapi masih ada rumah warga yang keadaannya ‘lebih bagusan kandang Ayam ’. Saya heran, apa pemeritah Desa sangiang Tanjung dan Camat Karanganyar tidak tahu? Pak Ripai sudah tiga tahun gak dapat bantuan apa-apa seperti itu. Terus selama ini mata dan telinga mereka buat apa?” tegasnya.
(Engkos)