BUNG HATTA segera hadir di WISDUL

*PURWAKARTA* | *FOKUSLENSA.COM* – Pada 1816, Wilayah Hindia Belanda ( Nusantara ) diserahkan kembali oleh Kerajaan Inggris ke tangan Belanda sesuai dengan Konvensi London 1814.

Pada zaman ini, diadakan kembali pembentukan Keresidenan (residentie dalam bahasa Belanda) dan Kabupaten, secara resmi, tepatnya saat Van Der Capellen memerintah.

Menurut Peraturan Komisaris Jenderal No, 3 tanggal 9 Januari 1819 yang dimuat dalam Staatsblad No. 16 tahun 1819, dibentuklah dua puluh keresidenan di Pulau Jawa: Banten, Jakarta, Bogor, Priangan, Karawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Jepara dan Juana, Surabaya, Pasuruan, Besuki, Banyuwangi, Madura dan Sumenep, Rembang, dan Gresik.

Pada zaman penjajahan Belanda, seorang residen menjadi penguasa kolonial tertinggi sekaligus mewakili Gubernur Jenderal Hindia Belanda di wilayah kekuasaannya. Residen pun menjadi wakil dan lambang Pemerintah Hindia Belanda di keresidenannya dengan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di tangannya. Dengan itu, kekuasaannya mutlak dan tak terbatas..

Di antara ke 20 puluh karesidenan tersebut di antaranya adalah karesidenan Karawang yang wilayahnya meliputi Karawang, Subang dan Purwakarta, di mana Gedung Karesidenan dibangun dengan megah di wilayah Purwakarta yang pada saat itu berstatus sebagai ibukota dan pusat pemerintahan afdeling Karawang ( afdeling = kabupaten dalam bahasa Belanda ).

Dalam perjalanan sejarah keberadaan Gedung Karesidenan di Purwakarta dari masa ke masa, ditemukan sejumlah data penting. Di antaranya kehadiran Bapak Proklamator Kemerdekaan RI, Wakil Presiden RI yang pertama, Dr. Mohammad Hatta, atau populer dengan sebutan Bung Hatta, di mana beliau dalam beberapa moment bersejarah terdokumentasi beraktivitas di gedung yang diperkirakan berusia 2 abad ini.

Aa Komara, salah seorang pencinta sejarah Purwakarta menuturkan dirinya menyimpan beberapa koleksi dokumentasi kunjungan Bung Hatta ke Purwakarta.

” Wakil Presiden RI pertama yang merupakan partner berjuang Presiden Soekarno dalam mendirikan Republik ini, terpotret melaksanakan aktivitas di Gedung Karesidenan, ada sesi ketika beliau berpidato di depan rakyat Purwakarta, bertemu Ulama Legendaris, Mama Sempur Plered, mengadakan rapat dengan Bupati, dan sejumlah pertemuan dengan tokoh tokoh penting pada saat itu.

Selain aktivitasnya di Gedung Karesidenan, Bung Hatta juga terdokumentasi mengunjungi Pameran yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten, berziarah ke Taman Makam Pahlawan Sirna Raga Purwakarta, memantau *progress* proyek pembangunan Bendungan Jatiluhur, Meninjau Industri Kerajinan Keramik dan berpidato di hadapan rakyat di wilayah Plered, serta banyak lagi” tutur Komara yang akrab disapa Akom.

Aa Komara melanjutkan dirinya berencana mengekspos koleksinya tersebut dalam bentuk pameran mini yang dipadu padankan dengan kegiatan masyarakat yang bertema Wisata Jaman Dulu atau dengan singkatan yang lebih populisnya yaitu WISDUL, yang diharapkan dapat menjadi Icon Destinasi Baru yang bernuansa Heritage untuk melengkapi aktivitas WISKUL / Wisata Kuliner yang sudah lebih dulu berjalan di kawasan sekitar obyek wisata Situ Buleud pada setiap akhir pekannya.

Menurutnya, wisatawan / publik luar, ketika berkunjung ke Purwakarta harus mendapatkan sesuatu yang mereka tidak dapatkan dari kota kota lainnya. Jika hanya berkunjung ke zona Wisata Kuliner yang ada di sekitaran Tjeplak, tentunya akan menemukan kejemuan, karena menu kuliner yang dijumpai relatif mudah ditemukan di kota kota lain.

Di lain hal, Komara menuturkan ada kebutuhan Ruang Publik terutama bagi komunitas komunitas di Purwakarta yang selama ini relatif kesulitan mencari ruang interaksi yang bersifat kolaboratif dan massif.

Walhasil, keberadaan Gedung Karesidenan yang memiliki pelataran yang luas, dapat menjadi solusi strategis baik bagi kepentingan ekspos kesejarahan maupun sebagai ruang silaturahmi lintas komunitas, yang mana dari segmentasi usia, relatif didominasi oleh kelompok Millenial dan Gen Z yang memang sudah sepatutnya mendapat asupan informasi sejarah tentang riwayat kota nya, termasuk peninggalan peninggalan bersejarah seperti Gedung Karesidenan, yang tidak dimiliki oleh semua kota / kabupaten di Jawa Barat, khususnya.

Komara berharap gedung warisan kolonial ini memiliki kebermanfaatan yang luas bagi generasi masa kini dan seterusnya. Tidak hanya dari sisi pengenalan muatan historisnya, namun juga dari sisi pemberdayaan manusia Purwakarta kekinian.

Menurutnya, dari aktivitas WISDUL ini banyak dampak positif yang dapat tercipta di antaranya : generasi bertalenta bisa unjuk bakat menyalurkan potensinya dan mendapat apresiasi yang layak, UMKM Kerakyatan yang bernuansa tradisi / kearifan lokal dapat naik derajatnya di mana sajian seperti Surabi, Bajigur, Bandrek, dan ragam menu klasik lainnya, termasuk produk lokal karya warga Purwakarta mendapat lokasi yang “elegan” ( terhormat ) dan penuh bobot sejarah.

Kemudian, Komunitas dan Elemen Masyarakat lainnya mendapat ruang mempererat silaturahmi sambil mendapat asupan inspirasi inovatif bagaimana caranya untuk terus membuat Purwakarta semakin maju di segala bidang.

Alhamdulillah sejauh ini komunikasi secara intensif terus dibangun dengan pihak pengelola gedung karesidenan dan pemerintah Provinsi Jawa Barat selaku otoritas terkait. Semoga WISDUL dapat terwujud dalam waktu dekat dan Kita segera berjumpa dengan “Bung Hatta”. Pungkas Komara

(Tedi Ronal)