Fokuslensa.com – Sampai saat ini tidak ada yang bisa menjawab dengan pasti kapan pandemi virus Corona akan berakhir. Meskipun ada beberapa analisa penelitian dari hasil modeling matematika, belum bisa dijadikan rujukan karena faktor-faktor yang diasumsikannya terlalu banyak. Apalagi variabel dan atributnya dianggap konstan, padahal mutasi virus dikabarkan sudah berubah -ubah. Tapi terlepas dari semuanya, kita juga tidak boleh pesimis menghadapi wabah ini.
Sebagaimana diketahui bersama, wabah ini tidak sekedar masalah kesehatan semata, karena dampaknya sangat luas terhadap perekonomian dan aktivitas kehidupan. Kita seringkali melihat tayangan di media terkait pemberian bantuan pada tukang becak, ojol, gelandangan dan sebagainya. Hal ini tentu sangat baik, tetapi ada yang terlupakan yaitu nasib para awak media.
Terkait hal tersebut, media mewawancarai Wartawan Senior Dede Farhan Aulawi yang sedang berada di rumahnya di Bandung, Minggu (27/4). Menurut Dede permasalahan yang dihadapi oleh para awak media sebenarnya tidak hanya saat pandemi Corona seperti saat ini saja. Banyak permasalahan seperti upah murah, kadang gaji dibayar telat, bahkan sangat rentan terhadap resiko menjadi korban kekerasan. Oleh karenanya Ia berharap agar perusahaan pers wajib melindungi wartawan saat bertugas, memperhatikan kesejahteraannya dan membayar gaji secara profesional dan tepat waktu. Ujar Dede.
” Apalagi di masa pandemi Corona, saat mendapat tugas liputan di lapangan tentu sangat beresiko terpapar virus. Oleh karena itu perhatikan keselamatan, dan gunakan alat pelindung diri. Tidak lupa untuk menjaga stamina tubuh dan kebersihan. Pulang bertugas segera pulang ke rumah, mandi dan cuci pakaian guna memastikan kondisi badan bersih “, harap Dede.
Jika tidak terlalu terpaksa harus ke lapangan, bekerja di rumah tentu akan lebih baik. Perbanyak network terutama dengan para wartawan senior agar bisa berbagi news atau opini tanpa harus dibayar alias tidak minta upah. Ada berita atau informasi yang bisa dimuat tanpa mengeluarkan biaya dan minim resiko. Ungkap Dede.
Kemudian Dede juga mengatakan bahwa, ” Selama 23 tahun dirinya menjadi seorang wartawan, tahu persis liku-liku dan kesulitan seorang Wartawan. Memperoleh berita itu tentu tidak mudah, karena harus jelas memperoleh sumber informasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Informasinya valid dan up to date. Untuk mendapatkan informasi tersebut kadangkala ada “tuduhan/sangkaan” sehingga untuk bertemu saja susah. Belum lagi ketika meliput di lapangan selalu ada resiko tindak kekerasan. Sementara tatkala bicara kesejahteraannya, siapa yang memperhatikan ? Bahkan di saat wabah seperti saat ini, siapa yang peduli ? Apakah profesi wartawan termasuk profesi yang dapat menerima bantuan ? Untuk itulah profesi wartawan harus bersatu memperjuangkan kesejahteraan, karena kalau bukan dirinya yang memperjuangkan, lalu siapa lagi ? Demikian juga awak media online yang mengandalkan pendapatan dari sponsor, dimana besarnya tergantung pada traffic media tersebut. Sementara saat seperti ini, mendapatkan sponsor tentu juga tidak mudah. Oleh karena itu sudah selayaknya Pemerintah ikut membantu meringankan beban para awak media ini “, ungkapnya.
Terakhir Dede menghimbau teman-teman awak media untuk berhati-hati saat bertugas dan mengikuti protokol peliputan dan kesehatan serta keselamatan. Giat bekerja, cerdas meliput dan menarik dalam penyajian beritanya. Tidak selalu “bad news is a good news”. How to educate the public to keep healthy is our moral responsibility. Pungkas Dede. ( Red-FL)