Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e, berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar”. Dalam hal ini berarti pendidikan bertujuan membawa sekelompok orang tersebut ke dunia luar, dunia yang lebih terpelajar.
Hingga sekarang, sekolah masih menjadi tempat utama manusia menimba ilmu. Hal ini disebabkan oleh sekolah memiliki beragam macam program yang dirancang untuk kita dapat memperoleh pendidikan yang cocok dengan manusia pada umumnya. Memang, tiap negara memiliki sistem pendidikan yang berbeda- beda. Namun hingga saat ini, sekolah masih menjadi pilihan favorit bagi para orang tua melepaskan anaknya untuk mendapatkan didikan yang layak. Terlebih, di negara kita, tamat sekolah menjadi syarat untuk mendapatkan pekerjaan yang sejahtera.
Tetapi di era digital 4.0 seperti saat ini, aspek kognitif (berhubungan dengan ilmu pengetahuan) masih belum cukup. Aspek kreativitas juga diperlukan bagi para siswa untuk lebih mengembangkan minat dan bakat mereka. Tentunya dukungan sekolah sangat penting terhadap hal ini, dikarenakan sekolah menjadi rumah kedua bagi para siswa.
Sebenarnya sistem pendidikan Indonesia sudah memahami dan mendukung aspek kreativitas siswa sejak dahulu. Terbukti dengan tiap sekolah menyediakan ekstrakulikuler bagi para siswa untuk dipilih. Siswa dapat menaruh kreativitasnya sesuai bidang yang mereka inginkan.
Ekstrakurikuler adalah kegiatan non-pelajaran formal yang dilakukan peserta didik sekolah atau universitas, umumnya di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik.
Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa- siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan ekstrakulikuler di era digital 4.0 seperti sekarang ini sudah semakin banyak. Seperti saat tren e-sports melanda di Indonesia, kemudian ada beberapa sekolah yang merancang ekstrakulikuler untuk olahraga elektronik tersebut. Ada juga ekstrakulikuler programming atau coding yang dibuat untuk para siswa sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.
Hal-hal tersebut merupakan peran sekolah untuk mendukung aspek kreativitas siswa. Tetapi, dukungan fasilitas dari negara yang mungkin menjadi penyebab dukungan kreativitas digital kepada siswa ini menjadi kurang merata di penjuru negeri. Mungkin hal ini cenderung mudah didapatkan pada wilayah perkotaan, namun jika dilihat di beberapa daerah lain fasilitas komputerisasi masih terbilang cukup kurang. Hal ini patut menjadi perhatian bagi pemerintah untuk mengembangkan minat dan bakat digital dari para pemuda Indonesia.
Sebenarnya banyak sekolah yang sudah mendukung aspek kreativitas siswanya baik di bidang latihan fisik, hingga bidang digital. Namun, disebabkan penyebaran fasilitas yang belum merata, hal ini belum dapat diaplikasikan pada seluruh daerah. Pemerintahan negara sepatutnya menaruh perhatian kepada hal ini dengan tujuan mendukung minat dan bakat dari para siswa Indonesia.
Penulis : Muhammad Fasha Putra