TANGERANG – Fokuslensa.com – Warga Karang Mulya mendesak Pemerintah Kota Tangerang untuk melakukan revitalisasi dan penutupan lokasi yang dijadikan Tempat Pembuangan Sampah Liar (TPSL) yang berada di kawasan Jalan Raya Raden Saleh, Kelurahan Karang Mulya, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang.
Dalam laporannya, warga yang tergabung dari warga Yellow Garden, Telaga Metro I, Metro II, dan Parung Kored, menyatakan bahwa area tanah kosong yang telah berubah fungsi menjadi tempat pembuangan sampah yang dikelola oleh PT Dinamika Agrabangun itu dikeluhkan karena menimbulkan bau tidak sedap serta adanya asap pembakaran sampah yang dianggap telah memberikan polusi udara bagi masyarakat di lingkungan.
“Selain menimbulkan bau tidak sedap, pengurugan tanah kosong ini mengakibatkan penyerapan air tanah terganggu, karena aliran air drainase tertutup, sehingga saat hujan mengakibatkan air meluap ke jalan antara Metro I, Yellow Garden, dan Talaga Metro,” ungkap para perwakilan warga dalam keterangan tertulis yang disampaikan kepada Walikota Tangerang, dan Dinas-dinas terkait.
Saat di lokasi, Urip selaku pengurus lahan dari PT Dinamika Agrabangun turut mengakui kesalahan, namun hingga kini aktifitas pembuangan sampah sudah dihentikan pasca adanya kunjungan dari Walikota, Dinas Lingkungan Hidup, Satpol PP, Camat, hingga Lurah.
“Karena kita kemaren udah di stop, ya gak ada masalah lah kita, tadinya juga kita mau urugin tanah kita ini yang tadinya kan kita mau jual. Karena adanya laporan dari warga sekarang kita udah gak ada kegiatan apa-apa, paling cuma naro buat mobil tetangga doang,” ujarnya kepada Faktakhatulistiwa.com, Senin (15/8/2022).
Dikatakan Urip, pasca adanya sidak oleh Dinas Lingkungan Hidup, bahwa di area lahan kosong tersebut tidak terdapat limbah. Bahkan dari aparatur setempat pun turut membuang potongan kayu pohon di area tersebut.
“Sekarang limbah limbah yang mana kata saya disini, bahkan sampai Camat pun buang tebangannya (kayu-kayu pohon) disini,” ungkapnya.
Urip beserta rekannya pun menerangkan bahwa lahan kosong seluas 13 hektar yang dikelolanya itu untuk dijual dan lahan urugan tersebut digunakan untuk aktifitas sementara.
“Nah kebetulan lahan saya yang kosong ini, mau saya urug dan emang lagi saya tawarin dan mau saya jual, cuma yang belinya belum ada,” jelasnya.
Adapun Katam warga sekitar lokasi turut mengecam adanya aktifitas pembuangan sampah yang menjadi penyebab buruknya aliran air drainase bagi kelangsungan lahan pertanian yang dikelolanya.
“Jelas banget kita gak suka, soalnya kita semua berkebun itu aliran airnya ngalir ke kebun semua, jelas aer tanah juga jadi bau,” katanya.
Lebih lanjut, ia pun mengungkap bahwa aktifitas pembuangan sampah telah berlangsung sejak bulan Mei 2022.
“Sejak bulan 5, itu segala sampah apaan tau masuk, sampah buah busuk apa segala ada,” terangnya. (***)