Prawita GENPPARI Kunjungi Bukit Garuda Ngupuk dan Sentra Bordir Tasikmalaya

 

Tasikmalaya – Fokuslensa.com – Tanpa mengenal lelah dalam pengabdian untuk bangsa dan negara di bidang kepariwisataan, Prawita GENPPARI terus mengepakan sayapnya untuk melakukan survey, identifikasi dan memberikan sumbang saran pengembangannya.

 

Di mulai dengan meletakan dasar pemahaman kepariwisataan, konsep desain pengembangan dengan berbagai literasinya, sampai pada motivasi untuk terus bangkit dan semakin optimis memajukan pariwisata Indonesia.

 

Dari berbagai kunjungan yang telah dilakukan semakin meyakinkan bahwa keragaman potensi wisata yang luar biasa ini, bisa diintegrasikan dengan berbagai usaha koperasi dan UMKM, bahkan dengan berbagai terobosan untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang mandiri (swasembada) di berbagai komoditas agro “, ujar Ketua Umum Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi saat mengunjungi bukit Garuda Ngupuk dan sentra pengrajin bordir Tasikmalaya di kampung Cimawate, Minggu (25/10).

Di saat pandemi covid 19 membuat aktivitas ekonomi belum pulih secara normal, kreativitas masyarakat kampung Cimawate dengan penuh kebersamaan membangun bukit yang tadinya tidak terurus menjadi bukit wisata yang penuh daya tarik. Bukit tersebut diberi nama Garuda Ngupuk yang menyajikan horizon pemandangan alam yang penuh pesona.

 

Beberapa spot untuk selfie juga sudah tersedia sehingga sangat cocok bagi mereka yang senang berfoto ria dengan latar belakang keindahan alam.

 

Dalam dialog yang dikemas menjadi saresehan wisata dan budaya, Dede menjelaskan secara rinci konsep pengembangan wisata dengan mengacu pada 3A, yaitu Atraksi (daya tarik), Aksesibilitas (akses jalan menuju lokasi wisata) dan ammenitas (fasilitas umum yang harus tersedia). Tidak lupa menambahkan perlunya integrasi dengan spot wisata lainnya yang terdekat, sehingga wisatawan betah di tempat tersebut karena ada beberapa lokasi yang menarik untuk dikunjungi.

Bahkan kemungkinan mereka membutuhkan jasa untuk menginap di lokasi tersebut, yang tentu perlu mempersiapkan dalam membuka ruang kesempatan pada masyarakat berupa homestay.

 

Namun demikian homestay tidak berarti kesediaan rumah masyarakat dijadikan tempat tinggal tamu saja, karena tentu masyarakat perlu dibekali pemahaman tentang manajemen dan standarisasi tata kelola homestay secara profesional. Baik menyangkut ventilasi udara, sanitasi dan higienitas umum lainnya.

 

Termasuk keterampilan dalam menata tempat tidur dan kebersihan kamar mandi.

Konsepnya bukan harus mewah, melainkan bersih dan sehat sehingga tamu betah di tempat tersebut. Pungkas Dede. (Red)